Sewaktu taman kanak-kanak Papa selalu
mengantarku ke sekolah, dengan motor bututnya aku tak pernah malu. Meski saat
itu mobil berjejer mengantarkan teman-teman ku ke sekolah. Saat itu aku
bersyukur, bukanlah supir yang menghantarku ke sekolah. saat itu juga aku
bersyukur, aku masih memiliki seorang ayah yang selalu setia menemani ku.
SD pun tiba, hari pertama ku ditemani oleh papa, aku senang
sekali. saat itu jarak sekolah dan rumah hanya bebrapa meter saja. Aku pun hanya
di hantar dengan berjalan kaki. Tangan kecilku di pegang erat oleh papa, yang
tak ingin hari pertama sekolah ku terhalangi oleh jatuhnya tubuh kecilku akibat tersandung batu.
Aku sangat menikmati akan hadirnya sisi ku, kasih sayang nya tak
terkalahkan, dia setia menghantar ku ke Gereja saat bersekolah minggu. Tak
lelah juga dia menemani ku bermain dirumah. Hingga pada saatnya tiba aku harus
berpisah dengan nya walau hanya untuk sementara. Papa pindah tugas, diluar
kota. saat itu aku hanya bertiga dengan mama dan adikku, selang beberapa bulan.
Aku mama dan adikku ikut pindah bersama dengan papa. kesepian kami selama
beberapa bulan akhirnya terbayar juga. Aku senang sekali dapat bertemu dengan
nya lagi, setelah beberapa waktu berpisah. Dan aku masih sangat bersyukur dapat
lagi memeluk tubuhnya.
Aku sayang Papa, mungkin kata itu belum pernah aku katakan
langsung dengannya. Mengapa tidak, aku bukan seorang anak yang dekat dengan
ayah meski memang aku sangat mengasihi nya. aku hanya bisa melakukan sesuatu
untuk menunjukkan rasa sayang ku.
4 tahun kami bersama di kota baru ku itu, sebuah kota kecil yang
penduduknya tidak terlalu padat. Sebuah kota yang jauh dari keramaian. Namun
kota yang penuh dengan panorama-panorama yang sulit ku temui di kota-kota
besar.
Suatu hari, ditengah bermain ku bersama teman-teman SD ku, aku
dikejutkan akan sebuah berita, kalau sebuah kejadian, kejadian yang tak pernah
ku ingini terjadi, kejadian yang sesungguhnya ku benci hadir dan terjadi di
kehidupan ku. Sosok yang selalu setia menemaniku, mengajari ku banyak hal, dan
yang selalu menaungi ku. Tiba-tiba saja ku ketahui hilang dari dunia ini.
yaa... dia Ayah ku... serangan jantung koroner merenggut
nyawanya.. merenggut kebahagiaan kami. sekejap masa depan ku gelap dipandangan
ku. seketika aku tak tahu, bagaimana kehidupan ku kedepan. yang aku lihat hanya
kegelapan. yang aku tahu saat itu hanyala sebuah kehancuran, sebuah malapetaka
yang mengerugutiku.
MENGAPA INI TERJADI PADA KU?? KENAPA HARUS AKU? KENAPA HARUS AYAH
KU?
mungkin kata-kata ini yang selalu aka tanyakan kepada Nya..
mengapa Tuhan begitu jahat, mengapa Ia tega, memberikan kejadian ini
kepada keluarga kecil kami... :'(
namun sebuah suara selalu berkata "Tuhan punya sebuah rencana
Indah untuk Ku"
kata-kata itu sungguh ku tak percaya, mengapa bisa rencana Indah
berawal seperti ini ??
rencana Tuhan begitu misteri...
Kini, aku tinggallah bersama Mama dan adikku.
Sepeninggalan Papa, aku merasa pola fikir ku menjadi lebih dewasa.
Sepeninggalan Papa ku juga, mama menjadi lebih kuat. aku yakin itu, dengan
menghadapi dunia sendirian tanpa seorang kekasih sangatlah berat, namun Mama
terlihat kuat, aku yakin itu demi anak-anaknya. Dia tidak egois, dia teringat
masih memiliki dua orang anak yang sangat mengasihinya dan yang masih sangat
membutuhkannya.
Kini, 6 tahun berlalu.. Waktu yang cukup lama aku menjadi seorang
anak tanpa Ayah, namun meski begitu aku tak pernah berfikir aku sudah tidak
lagi memiliki ayah. Aku yakin dia masih ada, masih ada di hati ku, masih ada di
hati mama, dan di hati adik. Kasih sayangnya masih bisa ku rasakan sampai saat
ini.
Saat ini, aku bersekolah jauh dari mama, aku berjuang demi masa
depan ku. Aku yakin suatu hari aku dapat mengaharumkan nama Papa, aku yakin
itu. Kini yang aku miliki di dunia ini hanya satu orang tua. yaitu Mama, meski
aku berbeda dengan yang lain, tidak bisa memiliki orang tua lengkap namun aku
bangga, mama adalah mama yang hebat. Seketika ia berhasil menjadi mama,
seketika juga ia berhasil menjadi seorang ayah. Mama ku seorang wanita kuat
yang pernah ku kenal.
Aku tak pernah melupakan kasih sayang ayah ku, hingga mungkin tiba
saatnya aku memiliki seorang Papa lagi, sesungguhnya dia takkan terganti, dan
akan selalu menjadi yang pertama untukku.
Tuhan... suatu hari jika dia terlahir lagi ke dunia, izinkan aku
untuk mengenalnya dan izinkan aku untuk memeluknya. meski dia bukan lagi
terlahir sebagai ayah ku.
John Ley Libath.
My Best Father in FOREVER my Life.
0 komentar:
Post a Comment