Monday, August 12, 2013

Pentingnya Bahasa Indonesia, Daerah dan International.


Berbagai daerah memiliki bahasanya masing – masing untuk memberikan sebuah perbedaan dari satu daerah ke daerah yang lain. Terkadang saya menjadi penasaran akan apa sih gunanya bahasa – bahasa daerah yang ada di Indonesia ini? Toh, kan sudah ada bahasa Indonesia, yang dapat kita gunakan  sebagai alat komunikasi kita. Tapi ternyata bahasa daerah sangatlah bermanfaat bagi Negara kita ini, dimana Negara kita memiliki banyak sekali suku dan budaya, jika kita tidak memiliki bahasa daerah yang membedakan satu suku dan suku yang lainnya, maka suku – suku serta budaya yang ada di Indonesia ini tidak lah begitu terlihat atau dirasakan.


            Bahasa Indonesia memang bahasa wajib kita, dengan menggunakan bahasa Indonesia, orang luar pun tahu kalau kita adalah warga Indonesia. Namun jika kita didalam negeri, menggunakan bahasa Indonesia sudah biasa, orang – orang pasti tahu kalau kita adalah warga Indonesia. Namun jika ingin lebih spesifiknya, alangkah baiknya kita sedikit menggunakan bahasa daerah kita untuk berkomunikasi dengan sesama kita yang juga sama daerahnya dengan kita. Karena dengan seperti itu, kita dapat menjalin keakraban yang lebih erat lagi.
            Sebelum kita membahas lebih dalam lagi, hendaknya kita mengerti dulu apa itu yang dimaksud dengan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
            Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.
            Ada pun beberapa fungsi bahasa yang perlu kita ketahui. Fungsi bahasa selain sebagai sebagai alat komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi atau mengutarakan pikiran, perasaan, atau gagasan, juga berfungsi sebagai :
sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Misalkan saja disaat kita sedang sedih, kita dapat menulis dibuku diary kita.
  • Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
  • Sebagai alat komunikasi.
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. 
Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum.
Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
  • Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.
  • Sebagai alat kontrol Sosial.
Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrolsosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku- buku pelajaran, dan mengikuti diskusi. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang 

            Pada SMAN 10 Samarinda, terdapat beberapa keragaman suku dan budaya didalamnya. Mengapa demikian? Karena di SMAN 10 Samarinda ini memiliki banyak siswa yang di pilih dari berbagai daerah di Kalimantan Timur. Dari dalam Kalimantan sendiri saja, SMAN 10 ini memiliki banyak siswa yang memiliki suku Dayak, Banjar, Kutai dan lain sebagainya. Tidak hanya itu saja, diluar suku mayoritas yang ada di Kalimantan Timur ini saja SMAN 10 ini memiliki banyak siswa memiliki suku Batak, Padang, Madura, serta Jawa.
            Adanya keanekaragaman suku dan budaya ini menjadikan terjadinya banyak komunikasi yang terjadi dikalangan siswa dengan bahasa daerah mereka masing – masing, meskipun seperti itu siswa – siswa yang ada di SMAN 10 ini tidak megabaikan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris yang memang diwajibkan karena bahasa ini bahasa Internasional.
            SMAN 10 Samarinda ini juga memiliki banyak organisasi serta kegiatan – kegiatan lain yang menuntut kita agara dapat bersosialisasi dengan orang banyak. Maka disinilah bahasa yang baik sangat dibutuhkan, dengan bertutur kata yang sopan kita mampu menjadi seseorang pengguna bahasa yang baik. Tapi janganlah kita menggunakan bahasa dengan cara yang salah, seperti memaki – maki orang dengan kata yang tidak layak di ucapkan.
            Tidak hanya bahasa daerah dalam negeri serta bahasa Indonesia yang patut kita mengerti serta pelajari. Alangkah baiknya kita juga mampu atau bisa memahami bahasa lain yang ada di dunia. Seperti halnya mempelajari bahasa Jerman, Jepang, dan Perancis. Karena bahasa-bahasa itu berguna bagi kita kelak ketika kita terjun ke dunia Internasional.
            Menurut saya sendiri, ketika kita berusaha mempelajari bahasa diluar bahasa kita, sesungguhnya kita menambah wawasan kita sendiri dari bahasa itu tadi. Misalkan, ketika kita mencoba mempelajari bahasa Jepang, otomatis kita juga pasti ingin mencari tahu lebih akan negeri tersebut, agar dapat lebih menjiwai bahasa tersebut.
Namun tidak lah salah bagi kita untuk menggunakan bahasa “gaul” itu, karena dengan bahasa itu juga kita bisa mengakrabkan diri kita di keseharian kita, tinggal diri kita sendiri yang setidaknya bisa mengontrol kepribadian kita dalam berbahasa. Ada saatnya kita menggunakan bahasa daerah, bahasa Indonesia, bahasa asing, serta dikala kita berbahasa “gaul” itu sendiri.
            Di zaman kita sekarang, banyak orang menggunakan bahasa tidak ideal, dan tak terpungkiri juga di SMAN 10 Samarinda ini, bahasa Indonesia tercemar dengan bahasa yang sering dikatakan bahasa anak “gaul
            Dengan pandainya kita dalam menempatkan diri kita dan berbahasa sesuai dengan tempatnya, kita dapat menjalin komunikasi yang baik dengan semua orang, baik itu orang – orang yang sesama daerah dengan kita ataupun yang di luar daerah kita.
            Hendaknya di Sekolah, kita sesungguhnya di tuntut untuk berbahasa yang baik dan benar, apa lagi jika kita berkomunikasi dengan yang lebih tua dari kita, seperti Guru, atau kakak kelas. Namun tidak hanya itu, hendaknya kita dapat berbahasa yang baik dengan semua orang, maupun yang sederajat dengan kita. Karena berkomunikasi yang baik dan benar tidak hanya ditujukan kepada orang yang lebih tua, tapi juga yang seusia serta yang dibawah kita pun kita harus berbahasa yang baik dan benar.
            Selama ini, mungkin kita bertanya – tanya bagaimana cara berbahasa yang baik dan benar, sebenarnya sangatlah mudah. Berbahasa yang benar adalah jika pemakaian bahasa -dalam hal ini bahasa Indonesia- mengikuti kaidah yang dibakukan.
Bahasa yang baik dan tepat sasaran tidak selalu menggunakan kaidah baku ini. Misalnya, pemakaian bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari tentu berbeda dengan pemakaian bahasa Indonesia dalam sebuah pidato formal.
            Berbahasa yang baik dan benar juga tidak hanya digunakan saat berkomunikasi tapi juga mencakup bahasa tulisan. Meski mengaku suka menulis, tapi akan berkurang maknanya ketika kita tak benar-benar memahami dan menggunakan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Cobalah membuat satu tulisan dengan kata-kata yang disusun secara serampangan. Sungguh akan terasa tak enak dibaca.
            Hal kesempurnaan berbahasa tulis ini tentunya juga penting dalam rangka penulisan selain karya ilmiah. Menulis di blog pun, meski hanya berisi uneg-uneg atau hal remeh temeh yang dijalani setiap hari, sebisanya tetap harus tunduk pada aturan berbahasa yang baik dan benar.


Bukan berarti harus berbahasa yang ketat atau kaku. Silakan saja menulis seperti saat sedang mengobrol. Tapi hendaknya konsisten dalam penulisan “aku” atau “saya”, “kau” atau “kamu” atau kata ganti lainnya. Konsisten juga untuk memilih gaya bahasanya. Kalau sejak awal bahasanya -bukan berarti bahasannya- cenderung serius, seterusnya begitu sampai akhir tulisan.
Begitu juga jika sejak awal sudah ber-haha hihi dengan bahasa gaul, ya silakan saja. Jadi hal penting lain memang adalah konsistensi berbahasa. Boleh berbahasa gaul, menulis dengan gaya seperti bercakap-cakap dengan teman, namun harus diingat untuk menggunakannya sesuai konteks.
Variasi jenis bahasa tulisan ini juga baik untuk melatih kreativitas kita sebagai penulis dan agar pembaca tak bosan membaca tulisan-tulisan kita yang semuanya terkesan seragam.
Dari gaya penulisan dan cara kita menulis, sedikit banyaknya pembaca bisa tahu siapa diri kita, bagaimana pemikiran kita, sampai seberapa luas pengetahuan dan wawasan yang kita miliki. Yang terakhir itu dimungkinkan dengan kekayaan perbendaharaan kata karena kebiasaan membaca. Sekilas kepribadian kita juga bisa terbaca dari kata-kata yang kita susun menjadi kalimat-kalimat, menjadi paragraph-paragraf, menjadi tulisan-tulisan.
Hanya dari membaca beberapa tulisan kita saja, pembaca bisa menilai bagaimana diri kita. Seberapa besar minat kita dalam berbahasa serta belajar menggunakannya sesuai konteks dan penulisan yang baik dan benar, dapat terangkum dari tulisan-tulisan yang kita hasilkan.
Jadi, sebagai orang yang mengaku bertanah air dan berbangsa Indonesia, mari kita juga cerdas berbahasa Indonesia. Bukankah salah satu cara untuk menghargai sumpah para pemuda pada 28 Oktober 1928 lalu adalah dengan mencintai bahasa Indonesia dan belajar menggunakannya sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar?

            Adapun juga berbahasa yang baik dan benar seperti Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti ini :(1) Berapakah Ibu mau menjual bayam ini?

(2) Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas akan lebih tepat jika kita memakai bahasa seperti di bawah ini :
(1) Berapa nih, Bu, bayemnya?
(2) Ke Pasar Tanah Abang, Bang. Berapa?
Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti “ini hari” merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena itu, anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
            Selanjutnya, sebagai penerus bangsa regenerasi yang akan membangun Indonesia ini, hendaknya kita berbahasa yang benar seperti yang sudah diilustrikan tadi. Sebagai siswa teladan di SMAN 10 ini, hendaknya kita menjadi contoh yang baik untuk semua orang, karena dengan mencoba berbahasa yang santun, kita pun pasti bisa menjadi seorang pribadi yang santun, mengapa demikian? Karena dari cara berkomunikasi kita, itulah sebagai pencerminan diri kita sendiri.
            Meskipun juga kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah, hendaknya kita tetap menjaga tutur kata kita dengan baik, sopan, dan benar. Agar orang yang satu daerah dengan kita pun senang berkomunikasi dengan kita.    
            Semoga essai yang saya buat saat ini bermanfaat untuk kita semua, dan kita akan lebih memahami dan mengerti akan pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar. 
 

1 komentar:

Unknown said...

Terimakasih,esaynya sangat bermanfaat :)